Si Pemilik Tas
Name: andin
Home: kotagede ngayogyakarta
tentangnya: siswi TELADAN (?!)
lihat isi tas
Tas-Tas Lama
kantung tas lain
-_-

sengaja di-blank-kan

tas-tas lain
Powered by

Isnaini Dot Com

BLOGGER

 

 

 
  Saturday, April 28, 2007  
 
 
surat seorang 'miskin' kepada Tuhannya,,
Ya Tuhan, kali ini, aku bener2 lagi down-downnya, aku merasa nggak punya apa-apa, nggak punya siapa-siapa. Buat saling berbagi, buat saling bercerita.

Pada siapa aku bercerita tentang semua ini kalau bukan kepada-Mu?! Ya Tuhan.

Aku nggak punya orang yang menyayangiku! Padahal, aku memiliki orang yang kusayangi.
Aku nggak punya orang yang menganggapku teman! Padahal, aku menganggapnya teman.
Aku nggak punya orang tempat berbagi! Padahal, orang-orang punya.
Aku nggak punya temen.
Aku nggak punya sahabat (apalagi!).
Aku nggak punya kemampuan! Untuk sekedar ‘menunjukkan’ keberadaanku.
Aku nggak punya keindahan! Untuk sekedar ‘dilirik’ orang.
Aku nggak punya,
Ya, aku nggak punya.

Apa yang kupunya?!
Aku terlalu ‘bodoh’ untuk hal akademis. Skill tertentu juga nggak punya. Hal-hal spesial? Apalagi! Apa?! Apa?! Yang kupunya?! Nggak ada! Nothing!

Apa yang bisa kuberikan pada dunia?!
posted by andin @ 6:14 AM   0 comments
 
 
   
 
 
surat seorang 'miskin' kepada Tuhannya,,
Ya Tuhan, kali ini, aku bener2 lagi down-downnya, aku merasa nggak punya apa-apa, nggak punya siapa-siapa. Buat saling berbagi, buat saling bercerita.

Pada siapa aku bercerita tentang semua ini kalau bukan kepada-Mu?! Ya Tuhan.

Aku nggak punya orang yang menyayangiku! Padahal, aku memiliki orang yang kusayangi.
Aku nggak punya orang yang menganggapku teman! Padahal, aku menganggapnya teman.
Aku nggak punya orang tempat berbagi! Padahal, orang-orang punya.
Aku nggak punya temen.
Aku nggak punya sahabat (apalagi!).
Aku nggak punya kemampuan! Untuk sekedar ‘menunjukkan’ keberadaanku.
Aku nggak punya keindahan! Untuk sekedar ‘dilirik’ orang.
Aku nggak punya,
Ya, aku nggak punya.

Apa yang kupunya?!
Aku terlalu ‘bodoh’ untuk hal akademis. Skill tertentu juga nggak punya. Hal-hal spesial? Apalagi! Apa?! Apa?! Yang kupunya?! Nggak ada! Nothing!

Apa yang bisa kuberikan pada dunia?!
posted by andin @ 6:14 AM   0 comments
 
 
  Tuesday, April 24, 2007  
 
 
,,nggak jelas,,
Setelah lama hidup. (Yeah, fifteen is enough, isn’t it?)
Aku menyadari sesuatu.
Pada akhirnya, hidup tu SENDIRI.

Nggak punya sapa-sapa.
Lagunya dygta yang kesepian, tuh nyadarin aku banget. Kalo aku emang ‘rindu’ disayangi. Aku tahu, aku tuh ‘disayangi’ sama ortuku. Tapi apa hal yang sama dilakukan oleh temenku? Guruku? Partnerku? Temen se-timku? Anak2 se-organisasiku?

Aku bener2 lagi blank. Ngerasa nggak punya sapa-sapa buwat berbagi (yeah, mungkin kecuali sama 4JJI).

Nggak ada yang bener2 mengerti aku (yeah, mungkin kecuali sama 4JJI), pernah nggak sih, kamu ngerasa ‘nggak punya sapa-sapa?’

Aku mau cerita tentang suatu hal, aku nggak bisa. Mau mendem, aku nggak kuwat. Mau ngelempar hal itu jauh-jauh? Pengecut.

Lalu untuk apa hidup? (selain untuk 4JJI)

Nggak ada kan?

Jadi inget kata seorang temen, kalo nggak salah dia pernah bilang; kind of a big crip.

Ngg.. kira2 gitu po ya? Aku kurang tahu.
Yang artinya, kalo nggak salah inget (ato denger) artinya tu: OMONG KOSONG.

Yah. Omong kosong.

Aku badut. Muka-ku, diselimutin bedak putih tebal, dan ada goresan-goresan merah di samping bibir-ku. Di hidung-ku ada bulatan merah seperti cherry. Dan aku? Menari.

Aku dapet paragraf itu dari Farida Susanty (thanks to her!) di bukunya, dan hujan pun berhenti.

Yah, kira-kira sama kayak gitu. Ke-blank-an yang kurasain saat ini. Omong kosong. Badut.

Cuma berpura-pura bahagia untuk membahagiakan orang (yang juga pura-pura) bahaga di sekitarku. Sekolahku. Kotaku. Negaraku. Bumiku.

Yah, kira-kira sama kayak gitu. Ke-blank-an yang kurasain saat ini. Omong kosong. Badut. Sandiwara.

Semua orang bersandiwara di dunia ini.

Kalau enggak, kenapa harus ada tangis dan tawa?

Kalau enggak, kenapa harus ada luka dan bahagia?

Ya, karena orang-orang tu dah kemakan ke-omong-kosong-an-nya sendiri. Mereka dah jadi badut. Yang sekarang sedang bersandiwara.

Dan aku, dengan bodohnya menikmati panggung teater yang mereka suguhkan.

Teater dengan dusta sebagai lakonnya (tokoh utama yang hebat!). Cinta sebagai ‘orang’ di balik layarnya (yeah, pengatur segalanya). Dan harta sebagai lightningnya (penerang yang begitu menyilaukan, dia bekerja dengan baik sebagai lightning.). Lengkap.

Oia, lupa. Kutambahi, penonton sebagai makhluk bodoh penggila harta.

Siapa?

Aku?!

Hhmmpphh…
Aku akan tertawa terbahak-bahak jika kau menyebut namaku sebagai ‘penonton’ pertunjukkan seni itu.

Justru kata penjawab yang tepat untuk mengisi deret kosong pertanyaan tadi adalah: KAMU.

Ya, kamu.

Tidak usah dipungkiri.

Kamu sedang ‘berdusta’ saat ini. Dan kamu ‘bercinta’. Agar ‘berharta’.

Belum mengerti juga?

Tentu, karena aku juga tidak mengerti (dengan cara apa agar kamu mengerti).

Tertawa? Silahkan saja! Tertawalah sampai keluar busa dari mulutmu! Tertawalah sampai rahangmu terlepas! Tertawalah sampai kamu tidak sanggup lagi!

Aku memang tidak mengerti, apa yang sedang kutulis saat ini (namanya juga lagi blank!).

Tapi yang jelas. Aku akan tetap menonton pertunjukkan teater tanpa musik ini. Menonton pertunjukkan kebohongan yang mereka suguhkan.

Dan aku?!

Akan melahapnya.

Sampai habis.




Tentu.
posted by andin @ 1:42 AM   0 comments
 
 
  Monday, April 16, 2007  
 
 
sad,,
Sedih, sangat sedih,

ketika ada seorang, dua orang, tiga orang, bahkan banyak orang yang “menghakimiku”.
Apa salahku?
Ketika aku hanya menjadi (sedikit) lebih baik.
Sedikit. Sangat Sedikit.


Sedih, sangat sedih.

Ketika ada orang lain, yang ku tahu, yang tidak ku kenal, bahkan tidak ku tahu “menghakimiku”.
Apa salahku?
Ketika aku hanya menjadi (sedikit) lebih netral.
Sedikit. Sangat sedikit.


Sedih, sangat sedih.

Ketika aku tidak punya sekelompok, seorang, atau bahkan “jiwa” yang mau kubagi sedikit cerita.
Apa salahku?
Ketika aku hanya menjadi (sedikit) lebih tertutup.
Sedikit, sangat sedikit.


Sedih, sangat sedih.

Ketika aku mengingat tadi pagi, kemarin malam, atau bahkan tahun-tahun yang lalu.
Apa salahku?
Ketika aku mencoba (sedikit) mengingat mereka.
Sedikit, sangat sedikit.


Dan yang terperih,

aku hanya dapat membagi perih ini, melalui blog lirih ini.

Yang bahkan, tidak memiliki pembaca....

Labels: ,

posted by andin @ 2:11 AM   1 comments
 
 
   
 
 
Cnta, Cinta, fuuhhh.... -_-'
Habis baca (ulang) bukunya Raditya Dika niy, di situ aku baca Cinta Brontosaurus.

Emang sih, udah sejak dulu aku merasa “jero” atas cerpen tersebut, tapi setelah kupikir-pikir lagi, kubaca ulang dengan perasaan yang agak bad.

COOL.

Kata itu pas banget buwat nggambarin cerpen tersebut (eia, artinya bukan dingin lo, tapi keren).

Mari kita analisis.

Cinta Brontosaurus.
Emang nggak salah deh, ni cerpen dijadiin ujung tombak (halah! GVT banget!) buku kedua Raditya Dika. Ceritanya tuh simpel banget.

Diawali dengan kalimat

‘Apa itu cinta monyet?’


Apalagi pas dika nulisin ‘… waktu cinta ama orang zaman SD, cinta itu namanya cinta monyet. Main-main doang.’

Gila! Gitu ya? Dulu aku memang ngganggep ‘anak kecil’ yg dah cinta-cinta-an tuh=sugesti atawa maen-maen doang.

Tapi begitu dika nulisin

‘… hal pertama yang berubah sejak gue naksir dia adalah semua hal yang berhubungan dengan penampilan…’


Nggak beda-beda amat kan? Sama kita-kita. Kita (baca: orang yang ngerasa dah nggak anak kecil lagi) juga gitu kan? Begitu naksir seseorang, kita bakal mentingin penampilan. Pokoknya dia harus tertarik! Tertarik sama kita! Yang cowok pengen keliatan cakep, yang cewek pengen keliatan cantik.

Just for her! Just for him!



‘… satu hal yang gue sadarin, gue jadi sedikit ngerti kenapa kisah ‘cinta’ waktu zaman SD itu bisa disebut cinta monyet. Seperti gue dulu, yang nggak peduli bisa bahasa Inggris apa enggak, gak peduli reaksi dia……

Hanya satu yang gue peduli : GUE DAPET PERHATIAN ORANG YANG GUE SUKA.


… mungkin orang dewasa melihat ini bodoh, seperti monyet. Tapi gue rasa ini adalah problem yang ada di orang dewasa. Problemnya, orang dewasa nggak lagi kayak anak kecil. Untuk cinta sama orang aja, yang namanya orang dewasa butuh banyak pertimbangan: agama harus yang sama, harus punya kerjaan tetap, harus bisa ngebikin nyaman, bla bla bla…

Kemana gaya cinta-cintaan zaman SD dulu?

Kemana sikap masa bodoh yang Cuma mentingin satu: Saya suka sama dia.’


aku langsung diem baca itu.

COOL.

Bener-bener nyadarin aku, kadang-kadang para orang tua yang menganggap dirinya dewasa tuh sebenernya masih ‘anak-anak’.

Kadang-kadang ketika kita nyalahin anak kecil yang kadang nyeplos-nyeplos nggak sengaja tentang aib kita (sering kan?) kita malah marah-marahin dia.

Padahal, kadang yang nggak sengaja keceplosan gitu bisa kita jadiin instropeksi lo. Justru kepolosan anak-anak yang kita anggap masih kecil itulah sisi kedewasaan mereka.

Iya nggak?


Bener-bener jero.

Iya ya, kalo kuliat-liat lagi.

Pas aku belon ngerti apa-apa.

Aku sih begitu ditanya mau jadi apa, aku jawab aja ASTRONOT.

Karena apa, dalam bayangan anak kecil kayak aku, astronot itu keren, keliatan wuuzz… pinter, asyik, jalan-jalan ke luar angkasa, gini, gitu, bla, bla, bla,

Banyak juga anak kecil yang bilang pengen jadi pilot. Karen apa? Dalam bayangan anak kecil kayak mereka, pilot itu keren, asyik, bisa jalan-jalan ke luar negeri, terbang, bla bla bla,

Ato suster? Karena dalam bayangan anak kecil kayak mereka, suster tu cantik, baik, ramah, lembut, feminim, disayang pasien di rumah sakit, bla bla bla,

Tapi, setelah gede? Nggak ada lagi kalimat : AKU PENGEN JADI ASTRONOT. Ato AKU PENGEN JADI PILOT. Ato malah AKU PENGEN JADI SUSTER.

Sekarang yang ada kalo ditanya : APA YA? BINGUNG E,


Karena apa? Sekarang mereka dah mikir, apa aku mampu? Apa aku memiliki biaya? Nanti kalo jadi astronot kerjanya di mana? Apa aku bakal di terima di perusahaan penerbangan yang oke? Nanti kalo jadi suster gajinya kecil donk? Dan bla bla bla

Iya nggak?

Iya.



(weh, OOT)
posted by andin @ 1:50 AM   0 comments