Si Pemilik Tas
Name: andin
Home: kotagede ngayogyakarta
tentangnya: siswi TELADAN (?!)
lihat isi tas
Tas-Tas Lama
kantung tas lain
-_-

sengaja di-blank-kan

tas-tas lain
Powered by

Isnaini Dot Com

BLOGGER

 

 

 
  Friday, January 19, 2007  
 
 
cewek ituu...
Maksudnya? Yaahh… aku habis ndengerin sebuah acara radio sore hari di stasiun radio *tuut*.

Topiknya: CEWEK sama COWOK, enakan mana?

Bikin mikir enggak? Kalo aku, IYA.

Sebagai cewek, kadang aku merasa asikan jadi cowok. Bebas, nakal oke, culun nggak papa, jadi pemimpin wajar, jadi bawahan? why not?! Mau fashionable sana, mau enggak so what?!

Misalnya aja gini deh, kalo cowok mau loncat-loncat teriak-teriak olahraga jumpalitan ke sana-ke mari, nggak papa. Nggak ada gunjingan-gunjingan di belakang. Kalo cewek? Teriak dikit pasti di komentarin, cewek kok kayak gitu.

Trus, kalo cowok nakal, usil, jahill, sering nggangguin-nggangguin gitu. Biasa aja, paling pol orang ngomong, ya biasalah, COWOK. Kalo cewek usil ngganggu dikit, paling-paling cewek kok kayak gitu.

Cowok jadi presiden, ketua, pemimpin, it’s okay! Bahkan kebanyakan pemimpin di dunia ini cowok. Kalo cewek? Sukar dipercayalah, beratlah, bla bla bla… trus, kalo cowok jadi cleaning service (kalo nggak mau disebut tukang sapu). Biasa aja kan? Coba kalo cewek yang jadi cleaning service. Aneh kan?

Cewek juga seolah-olah dituntut untuk tetep tampil cantik, enak diliat, fresh, nggak ketok capek, modis, kurus bla bla bla. Kalo ada cewek yang dekil, kusam, kotor, yaahh… cewek kok kayak gitu.

Sulit ya jadi cewek? Belum lagi harus ngurusin ‘tamu’ tiap bulan. Hamil. Njaga diri. Ini. Itu. Ini. Itu. Yah, paling sebel kalo ada cowok cewek yang ngelakuin ‘itu’ karena sama-sama mau. Tuh cewek hamil. Yang digunjingkan sapa? Ceweknya kan?! Cewek kok kayak gitu. Paling-paling gitu. Habis, cowok nggak berbekas secara fisik sih. Sulit jadinya buat cewek minta pertanggungjawaban.

Trus, kalo cewek kayak gini dibilang kayak gitu. Trus, cewek harus gimana?
posted by andin @ 5:32 PM   0 comments
 
 
  Saturday, January 13, 2007  
 
 
salah ato enggak?
habis liat salah satu BLOG milik sodaraku, isinya, kurang lebih seperti ini :

Oh no! Jangan2 GW jatuh cinta sama dy!!! salahnya dia sendiri sih, baek
and cute banget!


yaaahh... nggak persis-persis kayak gitu sih, tapi kira-kira kayak gitu.
so?

yaaahh... (bukan maksudku juga untuk mengulang kata 'yaaahh' ini) sebenernya orang jatuh cinta tuh salah nggak sih?

kayak yang dibilang sodaraku,

salahnya dia sendiri sih, baek and cute banget!


fuuhh... kalo gitu, kasian donk para makhluk-makhluk tampan dan cantik di luar sana. karena harus menanggung 'dosa' akibat memiliki banyak pecinta. hihihi...

trus, kalo misalnya diumpamakan yang 'salah' itu yang mencinta, kalo gitu, kasian donk ortu kita, udah ngasih maem gratis, eh, malah 'dosa' gara-gara cinta sama kita!

trus, sebenernya jatuh cinta itu salah nggak sih? enggak?! ya, ya, ya, trus, kalo menurutmu sendiri, kalo anak kecil cah SD jatuh cinta, salah enggak? kan mereka masih keciilll... masak dah cinta-cintaan seehh... (dalam konteks ini, jatuh cinta ama lawan jenis)

hayoo...
SALAH?! alasannya? masih kekecilan?

ngg... berarti yang boleh jatuh cinta cuma yang udah gede aja ya? trus yang menandakan orang udah gede tuh apa?

jatuh cinta kan?

misalnya lagi nih, orang udah tuwaaaaaaa..... banget 60 taunan lah! jatuh cinta gitu, salah ato enggak?
SALAH?! alasannya? udah ketuwaan?

ngg... berarti yang boleh jatuh cinta cuma yang masih muda aja ya? trus yang menandakan orang masih muda tuh apa?

jatuh cinta kan?



trus?

Labels:

posted by andin @ 1:07 AM   0 comments
 
 
  Monday, January 8, 2007  
 
 
Kebetulan?!
“Yah, mungkin itu takdirmu.” Kalimat pendek yang acapkali menjadi tanggapan dari sebuah cerita tentang segala kebetulan yang terlalu ‘kebetulan’ itu membuatku berpikir. Kebetulan yang terlalu kebetulan? Maksudnya? Tertawa terbahak-bahak. Itulah jawaban mereka ketika pertanyaan itu kulontarkan. Dan itu sudah cukup menjawab. Kesimpulan yang kuambil, tanya yang lain.


“Yahh… kebetulan yang terjadi itu rasanya nggak banget! Seolah-olah dibuat sengaja oleh pihak-pihak terkait.” Itu kata temanku yang lain. Di salah satu kantin sekolahku.
“Bukankah kebetulan itu benar-benar sengaja dibuat olehNya?” ujarku. Masih belum terlalu mengerti tentang kebetulan yang terlalu kebetulan. Aneh bagiku mendengar kalimat baru itu.
“Nya?” ulang kawanku.
“Ya. Nya. Tuhan.”
Sejenak kawanku tadi tertawa. Kecil. Lalu menyeruput es teh manis seharga lima ratus rupiahnya itu. Tersedak pelan lalu menjawab, “Ya… gimana ya? Sebenarnya, bener katamu, memang kebetulan itu diciptakan oleh Tuhan. Tapi bukan itu maksudku.”
“Terus, apa maksudmu?” tanyaku lagi.
Yang ditanya diam saja. Entah sudah malas menjawab. Atau karena tidak tahu apa jawabnya?


Masih saja aku terbingung-bingung dengan segala kebetulan ini. Kebetulan itu membingungkan (atau aku yang linglung?). Memang kalau dipikir-pikir dunia ini serba ‘kebetulan’.
Bagaimana bisa aku lahir tanggal dua puluh tiga Maret 1992 kalau bukan karena kebetulan? Bagaimana bisa aku memiliki satu kakak dan satu adik kalau bukan karena kebetulan? Lalu, bertemu kawan-kawanku di sekolah ini? Lalu membeli jaket yang sama dengan kakak kelas? Lalu ini, lalu itu?! Kebetulan yang terlalu berkaitan.
Kebetulan aku lahir tanggal dua puluh tiga Maret 1992, maka aku bertemu kawan-kawanku di sekolah ini (bagaimana jika aku lahir tanggal satu Januari 1991? Apa masih bisa aku bertemu dengan kawan-kawanku di sini?). Dan karena kebetulan aku lahir pada tanggal sekian, maka aku bersekolah di sekolah ini, bertemu dengan orang-orang itu, dan kebetulan pula jaket milikku sama dengan milik kakak kelas!
Benar-benar kebetulan (jika ini yang dimaksud kebetulan yang terlalu kebetulan, maka aku mengerti sekarang!). Tapi, bukankah segala ‘kebetulan’ di atas bisa juga di sebut takdir? Lalu untuk apa ada kebetulan kalau itu semua sudah ditakdirkan oleh…
“Ngg… maaf…” sebuah suara sontak membuyarkan lamunanku. Mencari pemilik suara itu. Dan tanpa sadar aku menggumamkan kalimat tasbih di hatiku.
“Ngg… mas, boleh lewat?” pintanya. Pinta seorang perempuan. Cantik tentu (karena menurutku, secara ‘kebetulan’ semua perempuan di dunia ini diciptakan cantik).
“Mas?” ulangnya. Mungkin untuk mengecek ‘kebenaran’ telingaku. Dan tentu saja kujawab dengan anggukanku sebelum dia mengira aku memiliki kerusakan telinga stadium awal. Kubiarkan ia lewat di hadapanku untuk berkutat dengan ibu kantin. Mengurusi pembayaran atas apa yang telah ditelannya.
“Mari mas…” sapanya, melewatiku lagi. Aku tersenyum dan menganggukan kepalaku. Yah, rupanya sudah selesai urusannya. Dan aku bersiap kembali ke pikiranku lagi. Sampai mana tadi? Sampai… uang jatuh?! Hah?! Dua puluh ribu milik siapa itu? Spontan saja aku celingak-celinguk di kantin yang memang sudah sepi ini. Sejak tadi, hanya ada aku, dan perempuan itu, yang baru saja mampir sebentar di sini. Siapa lagi?
Cepat-cepat ku rogoh saku celana abu-abuku yang sudah kusam. Mengambil selembar lima ribuan dan meletakkannya di meja, “Bu, aku bayar pake uang pas, ku taruh sini ya bu!” (dan aku sudah tidak peduli ibu kantin tadi menjawab dengan nggih atau iya. Lagipula, apa gunanya?).
Dengan segera aku mengejar perempuan tadi (dengan uang dua puluh ribuan di genggaman tentunya!). Yah, mungkin ini yang disebut kebetulan (atau takdir?). Terserah!

Labels:

posted by andin @ 12:10 AM   0 comments
 
 
   
 
 
Akhirnya,
hukkz....
setelah sekian banyak kali aku sign-up
setelah sekian banyak kali aku login
setelah sekian banyak kali aku males nge-post
setelah sekian banyak kali aku lupa password
setelah sekian ............. kali aku lupa username...

buwat lagi dehh...

sia-sia kemaren aku buang duitku ngenet, buat bikin blog yang kulupa usernamenya...

moga-moga aja yang ini nggak lupa lagi...
posted by andin @ 12:10 AM   0 comments