Si Pemilik Tas
Name: andin
Home: kotagede ngayogyakarta
tentangnya: siswi TELADAN (?!)
lihat isi tas
Tas-Tas Lama
kantung tas lain
-_-

sengaja di-blank-kan

tas-tas lain
Powered by

Isnaini Dot Com

BLOGGER

 

 

 
  Friday, December 28, 2007  
 
 
ouch!
Photobucket
posted by andin @ 10:51 PM   0 comments
 
 
   
 
 
untung dah
untung aku masih punya laptop,,


seenggaknya,,


kalo aku berubah kayak gimanapun dia nggak bakal pergi ninggalin aku.



hehe xp


kidding,,



awas kalo ada yang berani ngerusak or ngambil laptopku!



-3-
posted by andin @ 10:12 PM   0 comments
 
 
  Sunday, November 25, 2007  
 
 
bintang.
lihat deh,,


ada bintang.




bintangnya banyak.






hingga mereka dibilang indah.







meskipun begitu, tetap saja bintang itu mampu bersinar indah, karena masing individunya sendiri "bersinar".


akan nampak sangat percuma jika ada banyak bintang, tapi kesemuanya tidak memiliki "sinar".




bersinar dulu.
berkumpul.
ber-indah.




x))
posted by andin @ 3:38 AM   0 comments
 
 
   
 
 
Teot teblung
Dari kejauhan terdengar lagu anak-anak populer.

Kodok ngorek. kodok ngorek.
Ngorek pinggir kali.
Teot teblung. Teot teblung.
Teot-teot teblung.

+ Ada kodok.
- Suka mengorek.
+ Mengorek?
- Ya. Mengorek.
+ Apa itu mengorek? Apakah mengorek yang dimaksud adalah mengorek yang berarti mengeluarkan suara ala kodok? Seperti lagu populer pada masa kita dulu?
- kodok ngorek. kodok ngorek. ngorek pinggir kali. teot teblung. teot teblung. teot-teot teblung.
Lagu itu?
+ Ya. Lagu itu. Apakah mengorek yang kamu maksud tadi adalah mengorek seperti teot teblung tadi?
- Bukan. Tentu saja bukan.
(- tertawa kecil. Sebentar.)
+ Lalu?
- Kodok suka mengorek.
+ Mengorek apa?
- Apa saja. Tidakkah kamu tahu hobi kodok yang satu itu? Mengorek apa saja yang ada di hadapannya?
(+ menggeleng perlahan. Dia benar-benar tidak mengerti.)
- Hhmm. Entahlah. Bisa dibilang aku juga tidak mengerti benar. Tapi aku percaya, kodok suka mengorek. Mengorek apa saja. Aku tahu itu. Dan aku percaya.
+ Sok tahu, kau. Darimana kamu mengerti bahwa kodok suka mengorek? Kenal saja kamu tidak. Iya bukan?
- Kamu sendiri? Memangnya kamu mengenal kodok? Bukankah kodok sangat sombong dan hanya mau berkawan dengan sesama kodok? Lalu, bagaimana kamu bisa mengenalnya?
+ Apakah tadi aku bilang aku mengenal kodok?
(- terdiam. Merasa kalah. Lalu menggeleng kesal.)
- Baik. Aku kalah. Aku tidak mengenal kodok. Aku tidak tahu hobi kodok. Dan aku sok tahu.
+ Itu yang kutunggu darimu.
- Cih. Kamu sendiri? Memangnya apa yang kamu ketahui tentang kodok? Kamu sendiri tidak kalah sok tahu dan sok pintarnya. Denganku.
+ Aku tahu.
- Tentang?
+ Kodok.
- Tentu saja, maksudku. Apa yang kamu ketahui tentang kodok? Bodoh.
+ Kodok. Hijau. Kan?
- Melucu.
+ Apanya? Realistis.
- Aku rasa, semua orang pun sudah mengerti dan paham betul akan sebuah fakta besar: Kodok itu Hijau.
+ Oh ya? Tidakkah kamu mengerti mengenai kodok merah jambu?
- Merah jambu? Hanya buah jambu yang berwarna seperti itu. Aku pun tidak sudi berwarna seperti itu.
+ Sombong. Merasa cantik dengan warnamu?
- Kamu sendiri? Warna macam apa itu? Membuat orang bosan memandangnya.
+ Kamu tahu? Kodok merah jambu itu ada.
- Relatif. Imajinasi. Bisa saja?
+ Oke. Aku menyerah. Aku tambahkan: Menurutku kodok merah jambu itu ada dan nyata.
- Apanya? Sudah kubilang bukan. Kodok hanya berwarna hijau.
+ Kubilang merah jambu.
- Hijau. Si bodoh ini benar-benar ngeyel.
+ Sombong.
- Hei, berkacalah pada diri sendiri. Kamu sendiri tidak mengerti tentang kodok! Kodok merah jambu? Mengkhayal dari mana?
+ Sudah kubilang, bukan? Aku mengerti!
- Tentang?
+ Merah jambu dan hijau!
(+ tertawa sinis.)
+ Tentu saja tentang Kodok, bodoh!
- Kodok hijau?! Aku pun tahu sebelumnya.
+ Buktikan!
- Aku tahu kodok suka mengorek.
+ Buktikan!
- Cih. Kamu sendiri, hanya mengerti satu hal mengenai kodok.
+ Kodok hijau merupakan hal besar bukan? Dan jangan lupakan keberadaan kodok merah jambu! Mereka realistis!
(+ dan - terdiam sejenak.)
+ Dan kamu tahu? Hal itu TERBUKTI. Kodok benar-benar berwarna hijau.
(- merasa kesal.)
- Bagaimana dengan si merah jambu mu? Terbuktikah?
(+ tidak mampu menjawab. Dongkol.)
(- tersenyum senang. Menyombong.)
- Tidakkah kamu mempercayai segala pengetahuanku mengenai kodok? Si tukang ngorek?
(+ menggeleng angkuh.)
(- terdiam. Kecewa.)
+ Aku butuh bukti.
- Bukti?
+ Ya.
- Misal?
+ Hmm. Misal… hal apa yang pernah dikorek kodok, mungkin? Adakah?
(- mengangguk.)
- Kamu tahu?
. . .
- Persahabatan kita pun telah dikoreknya.

Dari kejauhan terdengar lagu anak-anak populer itu.
posted by andin @ 3:30 AM   1 comments
 
 
  Wednesday, October 17, 2007  
 
 
??
humm. . .

PON n ZI


xD
posted by andin @ 1:17 AM   0 comments
 
 
   
 
 
??
humm. . .

PON n ZI


xD
posted by andin @ 1:17 AM   0 comments
 
 
  Wednesday, October 10, 2007  
 
 
kunci pintu hati. . .
aku punya kunci.

kunci untuk hatiku.
kunci untuk kehidupanku.
kunci untuk kebahagiaanku.
kunci untuk keberadaanku.


aku tahu, sebaiknya aku memiliki empat kunci yang berbeda untuk masing2 pintu tersebut.

karena,, jika kunci itu hilang. maka hilanglah!

hatiku.
kehidupanku.
kebahagiaanku.
keberadaanku.


dan itu akan membuka kunci pintu satu lainnya.


kesendirian.


aku tahu fakta-fakta akan hal tersebut.
tapi aku masih saja mempercayakan keempat pintu tersebut kepada satu kunci saja.


satu.


saja.


mungkin kepercayaanku terhadap kunci itu berlebihan. karena aku sendiri sebenarnya tidak yakin, apakah sebenarnya kunci itu mau membawa beban seberat itu. selalu digunakan untuk membuka banyak pintu.


ya. banyak pintu.


karena keempat pintu itu merupakan kunci untuk menuju pintu-pintu yang lain.

inspirasiku.
ideku.
senyumku.
gerakku.
keputusanku.
rasaku.
kawanku.
sahabatku.
musuhku.


dan masih terlalu banyak lagi pintu-pintu yang hanya dapat dibuka dengan "kunci" terbukanya keempat pintu tersebut.


terlalu banyak pintu.



kamu tahu?


hal yang aneh memang. karena bentuk kunci tersebut memang tidak terlalu rumit untuk sekedar ditiru ataupun diingat orang dimana aku meletakkannya.

kunci itu biasa. sangat biasa.


bahkan jika disuruh memilih, mungkin aku akan lebih memilih kunci-kunci lain yang dipajang di etalase kunci hati dibandingkan kunci yang saat ini aku miliki.

banyak kunci yang lebih mahal dan lebih hebat fungsinya dibandingkan kunci yang aku miliki saat ini.

tapi entah mengapa. aku merasa kunci ini memiliki kemampuan untuk dapat menjaga pintu2 hatiku.



kunci itu.



tapi sekarang, aku merasa kunciku sudah terlalu bosan menjaga pintu2 hatiku yang sedemikian banyak dan merepotkannya.

kunciku ingin kembali kepada kehidupannya yang dulu. sebagai kunci biasa. yang hanya menjaga dirinya sebagai kunci. bukan menjaga banyak pintu2 hati seperti saat ini.


padahal, aku sangat menyayangi kunciku.

kunci pintu2 hatiku.

begitu juga pintu2 di hatiku.
lubang kuncinya sudah didesain sedemikian rupa agar hanya dapat dibuka oleh kunciku. satu-satunya kunciku.


kunciku.


mungkin, sudah saatnya aku membiarkan kamu menjalankan kehidupanmu sebagai kunci penjaga dirimu sebagai kunci layaknya hidupmu dulu. sebelum kamu menjaga pintu2 hatiku.


dan akan kubiarkan dulu pintu2 hatiku tertutup sebentar.


agar mungkin, aku bisa menjadi sebuah kunci. untuk hati sebuah kunci. kunci yang mampu membuka pintu2 hatiku.



. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
posted by andin @ 1:07 AM   0 comments